Beriman Pada Hari Akhir
Yang
dimaksud dengan Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan dunia yang
fana ini berakhir termasuk proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu,
mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh
kehiduan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats),
dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar (Hasyr), perhitungan
seluruh amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan
amal buruk (Wazn), samapai kepada pembalasan dengan surge atau neraka (Jaza’).
Akan
tetapi pembahasan tentang Hari Akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur
karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil (Al-Qiyamah
As-Sughra), dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah
memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan
di akhirat. Alam transisi tersebut dinamai dengan alam Barzakh.
Disamping
istilah Hari Akhir (Al-Yaum Al-Akhir), Al-Qur’an juga menggunakan istilah atau
nama-nama lain, yang masing-masing nama menunjukkan peristiwa, keadaan atau
suasana yang akan dialami oleh umat manusia dalam proses menuju kehidupan yang
abadi tersebut. Nama-nama itu adalah :
1.
Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat)
2.
Yaumul Ba’ats (Hari Kebangkitan)
3.
Yaumul Hisab (Hari Perhitungan)
4.
Yaumul Din ( Hari Pembalasan)
5.
Yaumul Fath (Hari Kemenangan)
6.
Yaumul Talaq (Hari Pertemuan )
7.
Yaumul Jam’I (Hari Berhimpun)
8.
Yaumul Taghabun (Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan)
9.
Yaumul Khulud (Hari Kekekalan)
10.
Yaumul Khuruj (Hari Keluar)
11.
Yaumul Hasrah (Hari Penyesalan)
12.
Yaumul Tanad (Hari Panggil-Memanggil)
13.
Yaumul Fashl (Hari Keputusan)
14.
As-Sa’ah (Waktu)
15.
Al-Akhirah (Akhirat)
16.
Al-Azifah (Peristiwa Dekat)
17.
At-Thammah (Mala Petaka Besar)
18.
As-Shakhah (Tiupan Sangkakala Yang Kedua)
19.
Al-Ghasyiyah (Kejadian Yang Menyelubungi)
20.
Al-Waqi’ah (Peristiwa Dahsyat)
21.
Dan lain-lain.
Sedangkan
istilah Al-Yaum Al-Akhir terdapat antara lain dalam surat Al-Baqarah ayat 177 :
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى
حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ
وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُتَّقُونَ
Artinya : “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu
kearah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman keada Allah, hari Akhir, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab dan
Nabi-Nabi…” (Al-Baqarah 2:177)
B. PROSES DAN PERISTIWA HARI AKHIR
Yang dimaksud dengan proses dan peristiwa Hari Akhir adalah
kronologis peristiwa yang akan dilalui oleh umat manusia pada Hari Akhir nanti,
mulai dari Kiamat sampai Pembalasan dengan surge atau neraka. Tapi, seperti
yang sudah dijelaskan pada pasal sebelumnya pembahasan akan kita mulai dari
alam kubur, yaitu alam transisi dari alam dunia menuju alam akhirat.
1. Alam Kubur
Yang dimaksud dengan alam kubur bukanlah semata kuburan,
tetapi alam yang dimasuki oleh setiap orang yang meninggal dunia, apakah dia
dikuburkan atau tidak dikuburkan. Misalnya jasad Fir’aun(Rames II), meskipun
sampai sekarang masih utuh sebagai mummi dan
disimpan di Museum Tahrir Kairo Mesir, namun tetap tidak bias terbebas dari
alam kubur. Begitu juga jasad-jasad lain, baik yang utuh maupun yang hancur
bagai tepung tetap memasuki alam kubur.
Alam kubur dikenal juga dengan sebutan Alam Barzakh, Barzakh artinya yang membatasi antara dua hal. Dalam hal ini Alam Barzakh adalah alam pembatas antara alam
dunia dan alam akhirat.
Setelah seseorang memasuki alam kubur, dia akan ditanya oleh
Malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhan, Agama dan Nabi-Nya. Orang yang beriman
akan menjawab : Tuhanku Allah, Agamaku Islam dan Nabiku Muhammad SAW. Sedangkan
orang yang tidak beriman atau ornag yang ragu akan mengatakana tidak tahu, lalu
dia akan disiksa. Yang menentukan bias atau tidaknya seseorang menjawab
pertanyaan Malaikat adalah iman dan amal shalehnya selama hidup di dunia,. Oleh
sebab itu tidak ada persiapan untuk menjawab pertnyaan itu, kecuali
meningkatkan kualitas iman dan memperbanyak amal shaleh untuk mencari keridhaan
Allah SWT semata.
Setiap orang yang lulus dalam “ujian” alam kubur akan merasakan
kenikmatan, sebaliknya yang tidak lulus akan merasakan kenikmatan, sebaliknya
yang tidak lulus akan merasakan azb dan penderitaan. Bagaimana bentuk dan
teknis kenikmatan dan siksaan itu tidaklah perlu kita selidiki dan kita
banding-bandingkan dengan apa yang didapat di dunia sekarang ini, karena tentu
saja alam kubur yang ghaib, berbeda dengan alam dunia yang nyata ini. Tapi yang
jelas, kenikmatan dan siksaan itu dirasakan oleh roh dan badan sekaligus, bukan
hanya roh semata. Sayid Sabiq mengutip pendapat Ibnul Qayyim sebagai berikut :
“Umat salaf (dahulu) serta para
imam-imamnya berpendapat bahwa jikalau seseorang manusia meninggal dunia, maka
ia akan mendapat kenikmatan ataupun siksaan. Kedua macam keadaan yakni
kenikmatan atau siksaan ini akan dirasakan oleh roh dan badannya juga. Roh itu
sekalipun telah berpisah dengan tubuhnya akan tetapi dapat merasakan kenikmatan
atau siksaan itu. Roh itu ada kalanya dapat berhubungan kembali dengan tubuhnya
dan dengan demikian, maka tubuh bersama-sama dengan roh tadi akan sama-sama
dapat merasakan kenikmatan atau siksaan tersebut.
Bagaimana tubuh yang sudah hancur luluh bahkan sudah bersatu
dengan tanah bias merasakan kenikmatan dan siksaan ?. bukankah kalau seseorang
duduk memperhatikan jasad Fir’aun yang tidak dikuburkan itu berhari-hari,
bahkan berbulan-bulan sekalipun tidak pernah menyaksikan ada tanda-tanda
siksaan pada tubuhnya ?. Bagaimana kita bisa memahami bahwa kenikmatan dan
siksaan kubur itu dirasakan bersama antara roh dan jasad seperti yang dikatakan
oleh Ibnul Qayyim di atas ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu Jumhur
Ulama memberikan jawaban sebagai berikut : “Padahal tidak dapat disaksikan atau
tidak membekas sama sekali dalam tubuh mayat itu, tidak dapat digunakan sebagai
hujjah bahwa hal itu tidak
benar-benar sebagaimana yang dilihat. Sebabnya ialah karena hal seperti itu
tidaklah tertolak dalam kekuasaan Allah Ta’ala. Malahan kita dapat memberikan
contohnya dalam keadaan sehari-hari, yakni seperti orang tidur. Bukankah orang
tidur itu dapat merasakan kelezatan dan juga dapat merasakan kesakitan. Orang
yang duduk di dekat orang tidur itu tentulah tidak dapat menyaksikan atau ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang sedang tidur tadi”.
Kesalahan mendasar orang-orang yang mempertanyakan logis
tidaknya kenikmatan dan siksaan kubur adalah membandingkan keadaan di alam
ghaib dengan keadaan di alam nyata di dunia ini, padahal keduanya jelas
merupakan dua alam yang sangat berbeda.
Nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan dalil adanya
pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir serta adanya kenikmatan dan siksaan di
alam kubur adalah anatara lain sebagai berikut :
a. Surah Ibrahim ayat 27 :
Artinya : “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (Ibrahim 14:27)
Menurut Rasulullah SAW, al-qaulu
as-tsabit dalam ayat di atas adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah dan Muhammad Rasulullah, yang diberikan oleh seseorang muslim di alam
kubur tatkala ditanya oleh Malaikat (HR.Bukhari dan Muslim).
b. Surah Al-Mukmin ayat 45-46 :
Artinya : “…Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab
yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan
hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada Malaikat) : “Masukkanlah Fir’aun dan
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (Al-Mukmin 40: 45-46)
Dalam ayat di atas ada dua azab yang ditimpakan oleh Allah
kepada Fir’aun dan kaumnya : pertama, dinampakkan
neraka pada pagi dan petang ; kedua, dimasukkan
ke dalam azab yang pertama, antara ma’thuf
dan ma’thuf alaih haruslah berbeda. Jika azab yang kedua dinyatakan setelah
terjadinya kiamat, tentu azab yang pertama terjadi antara kematian dan
kebangkitan yaitu azab kubur.
2. Kiamat
Kiamat pasti terjadi. Tapi tidak seorang pun yang tahu
termasuk para Nabi dan Rasul kapan akan terjadi. Dalama hal ini Allah SWT
berfirman :
Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat,
kapankah terjadinya. Katakanlah : “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu
hanya disisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu datangnya
selain Dia. Kiamat itu amat berat (bagi mahluk yang ada) di langit dan di bumi.
Kiamat itu tidak dating kepadamu melainkan dengan tiba-tiba..” (Al-A’raf :187)
Namun demikian, Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita
beberapa tanda-tanda kiamat, ada yang disebut dengan tanda-tanda kecil (‘alamat sughra) dan ada yang disebut
dengan tanda-tanda besar (‘alamat kubra).
‘Alamat kubra menunjukkan kiamat
sudah sangat dekat sekali.
Apabila ditanya kapan hari Kiamat terjadi ? Tidak ada
seseorang pun yang dapat menjawabnya. Hanya Allah-lah yang tahu kapan
terjadinya Kiamat. Allah SWT, berfirman :
Artinya : “ Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat,
‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu
adalah pada sisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi mahluk) yang
di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan dating kepadamu, melainkan dengan
tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya.
Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang haeri Kiamat itu adalah di sisi
Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Al-A’raf 7 : 187)
Walaupun kedatangan kiamat itu masih dirahasiakan, namun
sebagai orang yang beriman, kita harus mempercayainya dengan sepenuhnya. Dalam
hal ini, Allah berfirman :
Artinya : “Dan sesungguhnya hari Kiamat itu pastilah dating,
tak ada keraguan padanya; dan bahwanya Allah membangkitkan semua orang di dalam
kubur” (Q.S. Al-Hajj 22 :7)
Berdasarkan keterangan yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an
dan Al-Hadis, terjadinya hari akhir atau hari Kiamat didahului tanda-tandanya.
Tanda-tanda datangnya hari akhir antara lain :
a. Terbitnya matahari dari arah barat
b. Mnculnya binatang yang berbicara dengan manusia
c. Munculnya Yajuj (perusak dan pengacau dan timbulnya
bencana-bencana alam dahsyat)
d. Munculnya Dajjal (pendusta, penipu ulung)
e. Al-Qur’an tinggal tulisan (sudah tidak terasa di hati)
dan Islam tinggal nama (sudah tidak ada amalan didalamnya)
f. Jumlah orang perempuan sudah berlipat ganda daripada
laki-laki.
g. Peredaran bumi sudah tidak teratur sebab sudah mendekati
keruntuhannya.
Kiamat mulai terjadi ketika Malaikat Israfil meniup terompet
yang pertama, maka hancurlah dunia dan seisinya.
Artinya : “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang
di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian, ditiup
sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing)” (Q.S. Az-Zumar 39 ; 67)
3. Kebangkitan
Setelah tiupan terompet Malaikat Israfil yang kedua
dibangkitkanlah seluruh manusia dari kematiannya. Nyawa di kembalikan ke jasad masing-masing.
Di samping itu dihidupkan pula jin, iblis dan Malaikat. Menurut sebagian ulama
juga dihidupkan kembali beberapa macam binatang dan tumbuh-tumbuhan. Inilah
yang disebut dengan al-ba’ats atau
kebangkitan.
Pada waktu kebangkitan itu terjadi orang-orang kafir dan
munafiq berkata :
Artinya : “Aduh, celakalah kami! Siapakah yang mebangkitkan
kami dari tempat tidur kami ?” (Yasin 36 :52)
Wajar kalau mereka kaget dan heran, karena memang waktu di
dunia mereka sama sekali tidak percaya dengan adanya hari berbangkit. Mereka
berkata :
Artinya : “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di
dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita
selain masa.” (Q.S. Al-Jatsiyah 45 : 24)
4. Berkumpul di Mahsyar
Setelah kebangkitan, semua umat manusia akan berkumpul di
padang Mahsyar menunggu perhitungan (hisab) amal perbuatan mereka di dunia.
Pada waktu itu keadaan manusia akan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan
amalannya di dunia. Rasulullah SAW menggambarkan perbedaan itu dalam sabdanya
yang artinya :
“ Manusia itu akan dikumpulkan pada hari kiamat menjadi tiga
golongan, segolongan berjalan, segolongan lagi berkendaraan dan segolongan lagi
berjalan dengan mukanya. “Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimanakah
orang-orang itu dapat berjalan dengan mukanya ?” Beliau bersabda : “Bahwasanya
Zat Yang Maha Kuasa menjalankan mereka di atas kakinya, tentu Maha Kuasa pula
untuk menjalankan mereka dengan mukanya. Alangkah sukarnya mereka, sebab harus
berjalan dengan menjaga mukanya dari tanah-tanah yang renjul dan banyak tanaman
berduri” (HR Tirmizi)”.
Dalam banyak hadits diriwayatkan bahwa keadaan di padang mahsyar itu sangat sulit, sangat panas
dan masing-masing mengurus dirinya sendiri. Semua cepat ingin terbebas dari
situasi Mahsyar, ingin cepat-cepat
dihisab dan diberi keputusan, apakah akan masuk surge atau masuk neraka. Pada
saat itulah mereka dating minta syafa’at
kepada para Nabi dan Rasul terdahulu, tapi semua menolak. Akhirnya mereka
sampai kepada Rasulullah SAW, barulah beliau yang bersedia memintakan kepada
Allah SWT agar segera diadakan putusan dan penetapan antar seluruh mahluk, agar
mereka cepat terbebas dari kesengsaraan yang diderita di padang Mahsyar.
5. Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan akan dilaksanakan sesuai dengan isi “kitab” yang
mencatat seluruh amalan seseorang di atas dunia. Cara menyerahkan kitab kepada
masing-masing orang berbeda, ada yang menerima dari kanan dan depan, dan ada
yang dari kiri dan belakang. Perbedaan tersebut mengisyaratkan perbedaan
“nasib” nya di akhirat. Allah menjelaskan perbedaan tersebut :
Artinya : “Adapun orang yang diberikan ktabnya dari sebelah
kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada kaumnya
(yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya
dari belakang, maka dia akan berteriak “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala.” (Al-Insyiqaq 84 : 7-12).
Pada hari perhitungan itu mulut tidak bias lagi memberikan
jawaban yang tidak benar, karena seluruh tubuh akan menjadi saksi.
Kemudian setelah dilakukan perhitungan, dilakukan
penimbangan. Siapa yang berat timbangan kebaikannya akan masuk surge, sedangkan
siapa yang berat timbangan kejahatannya akan mudah masuk neraka. Pada hari
tidak akan ada seorang pun yang dirugikan, penimbangan dilakukan dengan
seadil-adilnya oleh Yang Maha Adil. Setelah hisab
dan wazn (mizan) semua orang akan
melalui as-shirath (jembatan) yang
terbentang di atas neraka jahanam. Semua manusia tanpa terkecuali, termasuk
para Nabi dan Rsul akan melalui jembatan tersebut. Siapa yang berjalan secara
lurus (istiqamah) di jalan Allah di
dunia (Islam), maka dia akan berjalan
pula dengan lurus (selamat) melewati jembatan tersebut. Sulit dan mudahnya
seseorang melewati jembatan itu tergantung kualitas amalannya.
6. Pembalasan
Setelah penimbangan dan melalui as-shirath maka setiap orang akan merasakan pembalasan dari Allah
SWT sesuai dengan hasil penimbangannya. Sebagaimana yang sudah disebutkan
sebelumnya bahwa siapa yang amal kebaikannya lebih berat dari amalan
kejahatannya maka dia akan masuk langsung ke surga tanpa harus merasakan dulu
siksaan Allah SWT di neraka. Sebaliknya siapa yang amal kejahatannya lebih
banyak dari amal kebaikannya dia akan masuk neraka. Kalau dia orang yang
beriman dan tidak mempersekutukan Allah SWT maka setelah masa hukumannya habis
di neraka dia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga. Namun bagi orang
kafir, ataupun orang-orang musyrikin mereka akan kekal selamanya di neraka.
C. HIKMAH IMAN KEPADA HARI AKHIR
Himah beriman kepada hari akhir memang besar sekali sebab
setelah manusia mengerti dan yakin adanya hari pembalasan di akhirat atas
perbuatan di dunia, setidak-tidaknya, ia pasti berhati-hati dalam beramal.
Ketikaberbuat jahat, manusia selalu ingat dan takut terhdap siksa di akhirat.
Adapun hikmah beriman kepada hari akhir yaitu sebagai berikut :
a. Menunjukkan betapa pentingnnya iman kepada Hari Akhir itu
dalam ajaran islam. Sebab dengan adanya keimanan terhadap Hari Akhir seseorang
akan disiplin dan berusaha maksimal untuk memenuhi ajaran Allah SWT, sebab dia
tahu bahwa tidak satupun amal perbuatannya baik lahir maupun batin yang luput
dari pencatatan dan perhitungan kelak di Akhirat.
b. Dengan adanya penggambaran yang detail tentang surge dan
neraka dengan segala kenikmatan dan siksaannya, seseorang akan terdorong untuk
merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut
untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu akan membuatnya selalu ingin
melaksanakan kebaikan dan tidak mau melaksanakan kemaksiatan.
c. Dengan seringnya disebutkan masalah iman kepada Hari
Akhir, maka hal itu akan bisa mengingatkan orang-orang yang sering terlupa dan
lalai dalam kehidupannya karena terpengaruh dengan segala kesenangan hidup di
dunia.
d. Dengan menyebutkan masalah Hari Akhir secara detail di
harapkan dapat mematahkan argumentasi para penentangnya atau mematahkan
dalil-dalil yang sebenarnya tidak ilmiah dari orang-orang yang tidak percaya
dengan adanya Hari Akhir.
0 Komentar untuk "Akidah Akhlak : Beriman pada hari akhir"